PERJUANGAN SANG SARJANA MUDA
Oleh: Diph Rosymood, Mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya
Fenomena kemiskinan di Indonesia masih sangat kentara, terbukti dengan kenyataan bahwa dimanapun kita berada ia dapat kita temui dengan mudah. Kemiskinan merupakan permasalahan yang seakan tanpa ujung, menghantui sebagian masyarakat Indonesia. Kemiskinan menjadi sebuah realita sosial yang tak terhindarkan, meskipun berbagai solusi telah diberikan untuk mengentaskan kemiskinan yang ada.
Sesuai dengan fenomena di atas, novel dengan judul Sarjana Muda ini menceritakan kisah dengan tema yang sangat dekat dengan kehidupan rakyat pribumi tersebut. Sebuah novel yang berusaha menginspirasi pembaca melalui kisah perjuangan Langgeng, sang tokoh utama. Melihat realita dengan penuh kejujuran, sarat akan sindiran dan kritik tajam terhadap segala kebobrokan negara yang perlu dibenahi.
Novel ini mencoba untuk menyerapkan pesan-pesan positif pada pembaca, menyisipkan pengetahuan pada lembaran-lembarannya, terutama yang berhubungan dengan perekonomian, karena memang titik awal kisah dalam novel ini adalah keresahan Langgeng atas kondisi perekonomian di desanya.
Langgeng, sosok lelaki muda yang cerdas dengan semangat belajar yang sangat tinggi. Miris melihat kondisi perekonomian di desanya, ia pun bertekad untuk menuntut ilmu setinggi mungkin dengan satu mimpi, membangun dan mengembangkan desa kelahiran yang amat dicintainya itu.
Novel ini mengisahkan perjuangan Langgeng dalam mewujudkan mimpinya, dimulai dari kisah perkuliahannya di kampus yang bisa dibilang mulus tanpa harus melalui halangan yang berarti karena didukung oleh kecerdasannya, hingga kisah jatuh bangun perjuangan Langgeng pasca kelulusannya dari kampus, sejak sekembalinya ia ke desa hingga perjuangannya di ibu kota yang mengantarkan Langgeng pada kesuksesan dan mimpi untuk membangun desanya.
Sarjana Muda dengan apik mengisahkan awal perjuangan sang tokoh hingga menuju kesuksesan. Alur dalam novel ini mengalir, bahasanya pun ringan dan mudah dipahami, ditambah dengan ditemukannya bahasa jawa dalam beberapa percakapan antar tokoh, sehingga sangat membantu dalam menggambarkan suasana pedesaan secara utuh pada pembaca.
Hanya saja menurut penulis terdapat beberapa diskusi yang pembahasannya terlalu panjang, sehingga dapat menciptakan sedikit kebosanan terhadap para pembaca. Misalnya percakapan antara dosen dengan mahasiswanya tentang materi kuliah dalam forum perkuliahan yang ditulis hingga 13 halaman, tepatnya dari halaman 61 sampai dengan halaman 73. Namun kekurangan tersebut juga bisa menjadi sesuatu yang positif, yaitu memberi pengetahuan tentang ilmu ekonomi pada pembaca, khususnya bagi mereka yang tidak mendalami ekonomi.
Membaca novel ini siap-siap penasaran karena endingnya dibuat menggantung alias tidak selesai, yaitu pada kisah Langgeng yang tidak menentukan pilihan terhadap tiga wanita yang sama-sama mencuri perhatiannya. Hal itu terlihat dari paragraf terakhir dalam novel karya Menur Widilaksmi dan Gatotkoco Suroso berikut:
“Dalam kesempatan itu, Langgeng memperhatikan Putri, Shinta, dan Saras bergantian. Ia menatap ketiga wanita itu dengan senyum yang penuh arti. Laki-laki ini berpikir, mungkin sudah saatnya ia memikirkan masalah hati dengan lebih serius”
Hal di atas tidak mengherankan karena novel ini masih akan dilanjutkan dalam kisah Langgeng berikutnya yang berjudul Langgeng For President (Dari Waduk Menuju Istana). Novel Sarjana Muda akan segera difilmkan berdasarkan gagasan dari Gatotkoco Suroso, sedangkan Menur Widilaksmi berperan sebagai penulis skenario dari kisah perjuangan Langgeng tersebut.
Judul Buku : Sarjana Muda
Penulis : Menur Widilaksmi dan Gatotkoco Suroso
Penerbit : Ufuk Publishing House, Jakarta
Cetakan : Pertama, 2011
Tebal : 479 halaman
ISBN : 978-602-8801-86-7